bab i
pendahuluan
1.1 latar
Belakang
Perdaban Islam adalah terjemahan dari kata Arab
al-hadha-rah al-Islamiyyah.Kata Arab ini sering juga diterjemahkan ke dalalam
bahasa Indonesia dengan Kebudayaan Islam. “Kebudayaan” dalam bahasa Arab adalah
al-Tsaqafah.Di Indonesia,sebagaimana juga di Arab di Barat, masih banyak orang
yang mensinonimkan dua kata ‘’kebudayaan’’ (Arab, al-Staqafah;inggris, culture)
dan “peradaban” (Arab, al-hadharah ; inggris, zivilization). Dalam perkembangan
ilmu antropologi sekarang , kedua istilah itu di bedakan. Kebudayaan adalah
bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat. Sedangkan,
manivestasi-manivestasi kemajuan mekanis dan teknologis lebih berkaitan dengan
peradaban. Kalau kebudayaan lebih banyak direfleksikan dalam seni, sastra
religi (agama), dan moral, maka peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi,
dan teknologi. Asia Selatan (dulu India), merupakan suatu Jazirah dari benua
Asia yang memiliki keunikan tersendiri bagi perkembangan kebudayaan di wilayah
Asia tersebut. Salah satu keunikan dari wilayah ini adalah beragamnya
bangsa-bangsa yang datang dari luar India yang kemudian membentuk agama baru,
serta kebudayaan baru.
Keunikan lain yang perlu diketahui juga adalah adanya
kebudayaan yang sudah tinggi di miliki oleh India pada tahun-tahun jauh sebelum
masehi, serta corak kerajaan-kerajaan besar yang pernah menguasai wilayah ini,
sehingga menunjukkan kemajuan yang signifikan baik dalam bidang perdagangan,
politik, sosial, agama maupun ilmu pengetahuan.
Dalam sejarahnya India secara umum di pengaruhi oleh tiga
invasi besar. Pertama, invasi oleh bangsa Arya, kedua, invasi agama Islam, dan
ketiga adalah invasi oleh bangsa Barat ( Inggris ). Melihat proses invasi
tersebut tentunya menarik apabila pengkajian Islam di Asia Selatan ini di mulai
dari perkembangan awal pembentukan masyarakat India sampai sekarang, tetapi
dalam makalah ini tidak membahas secara keseluruhan hanya akan membahas kondisi
Asia Selatan (dulu India) sebelum Islam masuk ke wilayah tersebut dengan
berbagai kondisi yang meliputi perkembangannya.
1.2 Rumusan Masalah
1)
Bagaiamana
awal masuknya Islam ke India?
2)
Bagaimana
strategi dakwah yang digunakan para Ulama dalam penyebaran nya?
3)
Bagaimana
Mahzab yang berkembang di daratan India?
4)
Bagaimana
perkembangan Islam di India pada masa sekarang?
1.3
Tujuan
1)
Mengetahui
bagaiamana awal masuknya Islam ke India
2)
Mengetahui
strategi dakwah yang digunakan para Ulama dalam penyebaran nya
3)
Mengetahui
Mahzab yang berkembang di daratan India
4)
Mengetahui
perkembangan Islam di India pada masa sekarang
1.4
Manfaat
1.
Dengan
mengetahui bagaimana Islam masuk ke India maka dapat dianalisis bahwa Islam
telah juga berkembang disana
2.
Dapat mengetahui strategi apa yang digunakan oleh
para ulama di India dalam menyebarkan Islam
3.
Dapat
mengetahui perkembangan Islam saat ini di India dan kebuyaan Islamnya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Awal masuknya Islam di
India (712 – 1206) : (93 – 602 H)
Masuknya Islam berawal dari
penaklukan tahun 712 M oleh seorang amir dari Baghdad yaitu
Muhammad ibnu Kasim yang merupakan perintah dari Khalifah Walid II untuk
memerangi Sindh (daerah dekat sungai Indus).
Hubungan antara India dengan Iran semakin dekat yang diawali oleh
Iskandar Zulkarnain.
300
tahun kemudian terjadi penyerangan kedua
oleh bangsa Arab. Di sebelah timur iran muncul kerajaan baru yaitu
Ghazni, di Afghanistan dengan dipimpin oleh seorang raja yaitu Mahmud
Ghazni. Diantara tahun 1000 sampai 1026
ia memerangi daerah Punjab. Kerajaan ini direbut oleh Muhammad Ghori dan dialah
yang melaksanakan penyerangan untuk mengambil alih seluruh India. Pada tahun
1175 – 1203 ia hampir menguasai seluruh daerah Hindustan. Namun wilayah Hindu
tidak pernah terduduki.
A. Kerajaan
Delhi (1206 – 1526) : (602 – 932)
Setelah wafatnya Muhammad Ghori
daerah India diperintah oleh panglima Kutbuddin Aibak (1206 – 1211). Pada tahun
1206 ia mendirikan kerajaan dan mengukuhkan namanya sebagai Sultan Delhi. Dalam
pemerintahan kerajaan ini raja – raja terbagi dalam beberapa golongan:
1. Keturunan
hamba raja (1206 – 1290)
a. Sultan
Kutbuddin Aibak (1206 – 1211), panglima (hamba raja) Muhammad Ghori
b. Sultan
Althamish (1211 – 1236), hamba raja Aibak, hampir diserang oleh raja Mongol
Jengis Khan
c. Sultana
Raziyatuddin (1236 – 1240), anak perempuan Althamish yang berani, bijaksana dan
memiliki sifat kepemimpinan yang baik.
d. Sultan
Nasiruddin (1246 – 1266), adik dari raziyatuddin
e. Balban
(1266 – 1287), seorang pahlawan dan bekas hamba sultan Altamish, pengganti raja
balban terbunuh. Maka beakhirlah zaman pemerintahan keturuna hamba raja.
2. Raja
keturunan Khilji (1290 – 1321)
a. Sultan
Jalaludin Khilji (1290 – 1296), dibunuh oleh menantunya yang menjadi
penggantinya.
b. Sultan
alauddin Khilji (1296 – 1316), kerajaan semakin luas meliputi Gujarat dan deccan,
kaum Hindu sangat tertindas
c. Malik
kafur
d. Sultan
Kutbuddin Mubarak
e. Nashiruddin
(khusru), pembunuh Kutbuddin
3. Raja
keturunan Tughlak (1321 – 1399)
a. Thuglak
Shah (Ghazi Malik) (1321 – 1324)
b. Sultan
Muhammad Adil Tughlak (1325 – 1351), muncul kerajaan Hindu baru Tamil, bernama
Vijayanagar
c. Sultan
Firoz Shah Tughlak (1351 – 1388), keponakan Sultan Muhammad Adil
4. Pemerintahan
Sayid (1414 - 1451)
5. Raja
keturunan Lodi (1451 – 1526)
a. Sultan
Bahlol Lodi (1451 – 1489)
b. Sultan
Sikandar Lodi (1489 – 1517)
c. Sultan
Ibrahim Lodi (1517 – 1526)
B. Kerajaan
Moghul (1526 – 1857)
a. Sultan
Babar
b. Sultan
Hamayun (1530 – 1556)
c. Sultan
Akbar (1556 – 1605)
d. Jahangir
(1605 – 1628)
e. Shah
Jahan (1628 – 1658), dibangunnya Taj mahal
f. Aurangzib
alamgir (1659 1707)
g. Sultan
Bahadur Shah (1707 -1712)
h. Jahamdar
Shah (1712 - 1713), 11 bulan berkuasa dan dibunuh keponakannya Farukhsiyar
i.
Farukhsiyar (1713 – 1719)
j.
Sultan Mahmud Shah
k. Ahmad
Shah
l.
Alamgir II
m. Tahun
1764 mulai datang pengaruh Inggris (East Indian Company)
2.2 Strategi
dakwah
Setiap ekspedisi penaklukan militer oleh tentara Muslim
tidak membawa serta juru dakwah. Hal ini karena pemimpin Muslim beranggapan
bahwa penaklukan India yang mayoritas Hindu (dalam pandangan Islam Kafir),
merupakan suatu perang suci atau jihad. Misalnya, Sultan Muhammad dari Ghazna
yang melancarkan ekspedisi militer ke India tahun 1000 – 1026 dan Sultan
Timurlenk (Tamerlane) yang menyerbu India pada 1389. Dalih perang suci menjadi
trauma menakutkan bagi masyarakat yang beragama Hindu di India Suwarno (2012 :
74).
Menurut Craig Baxter (dkk) dalam buku Government and
Politics in South Asia (1987). Ada tiga pola hubungan interaksi antara Islam
dengan Hindu di India, yaitu :
1. Pola terorisme
Penduduk Muslim yang menyerbu India hanya membawa kerugian
atau kehancuran, misalnya penduduk pribumi Hindu dipaksa masuk Islam atau
dibunuh jika tidak mau, harta bendanya dirampas, kuil diratakan dengan tanah
dan setelah itu dibangun mesjid. Pola ini diterapkan oleh Sultan Mahmud dari
Ghazna, Timurlenk, Sultan Nadhir Shah dari Persia (1739) dan Ahmad Shah Abdali
dari Afghanistan (1745 – 1752).
2. Pola penaklukan, perkampungan, dan pembentukan kerajaan
di India bagian barat dan utara.
Pola ini dijalankan oleh Muhammad ibn al – Qasim yang
menaklukkan Maltan pada tahun 712, berikutnya diikuti oleh Dinasti Budak hingga
Dinasti Lodi. Ciri khas dari pola ini adalah para penguasa Muslim gagal
membangun sistem administrasi yang efisien.
3. Pola yang ditunjukkan Dinasti Mughal.
Pola ini tidak hanya dapat menaklukkan sebagian besar
wilayah India, tetapi juga mampu memantapkan administasi yang stabil dan
terpusat dari Lahore, Delhi, atau Agra. Ciri khas pola ini adalah
mengintegrasikan seluruh potensi masyarakat India yang heterogen dan kompleks
dalam satu kesatuan yang bulat, antara lain dari semangat toleransi yang
tinggi.
Suwarno (2012 : 76). Dalam menaklukkan India, penguasa Islam
tidak hanya dengan jalan kekerasan. Sebagai contoh dalam biografinya Elliot dan
John Dowsan, disebutkan bahwa pada masa pemerintahan Sultan Firuz Shah dari
Dinasti Tughlaq (1351 – 1388), “Sultan mendorong rakyatnya yang kafir untuk
memeluk Islam. Siapa yang memeluk Islam akan dibebaskan dari pajak jizyah
(pajak perlindungan bagi non – Muslim di Negara Islam).”
Thomas W. Arnold, sarjana Inggris dalam bukunya The Preaching
of Islam, memunjukkan selain dengan kekerasan, Islamisasi juga melalui jalan
damai, yaitu secara persuasife memalui jalur perdagangan. Islamisasi dengan
cara perdagangan dilakukan terutama di India Selatan, tepatnya di Pantai
Malabar (daerah Gujarat). Dakwah secara damai juga dilakukan oleh para Mubaligh
Islam secara perorangan, misalnya para sufi dan mubaligh Syiah Islamiyah
(Suwarno, 2012: 76).
(Suwarno, 2012: 76). Dr. Adil Muhyiddin al Allusi, dalam
buku Al’urubatu wallslamu fi Janubji
Syarqi Asia al Hindu wa Indonesia, menyajikan fakta dakwah Islam yang
meliputi :
a. Pedagang Arab datang ke India tidak hanya berdagang,
tetapi juga membawa ajaran Islam. Mereka mampu memelihara hubungan yang baik
dengan penduduk pribumi, melalui perkawinan, hubungan bertetangga atau
bernegara dan lain – lain.
b. Dalam membawa ajaran Islam para da’i menggunakan cara –
cara yang mudah dipahami masyarakat awam.
c. Peran penguasa Islam dalam menarik perhatian rakyat
India, antara lain : memperagakan rasa toleransi, menawarkan berbagai fasilitas
dan kemudahan bagi pihak yang mau masuk Islam serta menyampaikan berita gembira
bagi para pejuang Islam (mujahid fi sabilillah).
d. Peran ulama yang menjadikan pekerhaan mengajarkan agama
Islam sebagai kegiatan utama dan hanya mencari ridho Allah semata.
Maka dapat disimpulkan bahwa strategi dakwah Islam di India
menggunakan sekaligus tiga cara sekaligus, yaitu : war (perang), trade
(perdagangan), dan teaching (pengajaran). Sebagian besar muslim
India yang masuk Islam berasal dari kelas bawah dari masyarakat India. Selain
itu umat Islam ada juga Muslim yang berasal dari keluarga memerintah kerajaan
India berbeda. Beberapa penguasa itu Hindu yang benar-benar milik prajurit
kasta dari Hindu dan diadopsi masyarakat Islam. Lainnya adalah keturunan dari
penguasa Muslim yang menginvasi India. Para penguasa muslim yang berbeda dari
India juga dibawa ke kerajaan mereka tentara bayaran Muslim, pengusaha, dan
budak dari berbagai belahan dunia seperti Rusia, Afghanistan, Turki,
negara-negara Arab dan Afrika. Orang-orang ini tetap di India, menikah lokal
India dan diubah mereka untuk Islam.
Secara umum kaum Muslim di India seperti dunia Muslim terbagi menjadi dua
sekte utama, Sunni dan Syiah. Dan seperti di seluruh dunia Muslim ada
ketegangan antara kedua sekte. Ada juga Muslim yang mengklaim sebagai keturunan
dari putri Nabi Muhammad dan orang-orang dalam komunitas ini menambahkan Syed
gelar sebelum nama mereka. Klaim lain untuk menjadi keturunan dari Muslim
pertama dan menambahkan Sheik judul. Seiring dengan perpecahan dunia Islam,
kaum Muslim India juga memiliki divisi lain.
Komunitas yang berbeda yang mengadopsi Islam dengan cara yang berbeda
memiliki nama komunitas yang berbeda. Di barat India, Bohra dan Khoja adalah
komunitas Muslim yang memeluk Islam dipengaruhi oleh ulama yang berbeda. Para
Khojas juga dibagi menjadi komunitas yang berbeda. Pemimpin masyarakat (Nizari)
Khoja adalah Aga Khan. Nawait ini adalah keturunan imigran Arab dan Persia. Di
India selatan di negara bagian Kerala, komunitas Mophilla adalah keturunan dari
pedagang Arab. Sebuah komunitas Muslim India dikenal adalah Pathan. The Pathan
adalah Muslim yang tiba dari Afghanistan. Mereka biasanya memiliki nama
keluarga mereka sebagai Khan. The Pathan memiliki gambar menjadi berani, jujur
dan adil. Banyak orang India yang mengadopsi Islam mengadopsi nama keluarga
Khan dan mereka mengklaim bahwa mereka adalah Pathan, yang tidak selalu benar.
The Pathan asli mengklaim bahwa mereka berasal dari Suku Israel.
Pada awal abad ke-20, beberapa organisasi Muslim reformis berkembang di
India yang ingin menyesuaikan filsafat Islam dengan dunia modern.
Organisasi-organisasi ini ingin membatalkan poligami dan adalah mendukung
pendidikan perempuan.
2.3 Mahzab yang berkembang di daratan India
Setelah Muhammad bin Qasim wafat, kedudukan kaum muslimin mulai goyang
dan melemah. Tiga abad kemudian, barulah kedudukan mereka menguat kembali dan
sangat berpengaruh setelah kedatangan Sultan Mahmud Al-Ghaznawi dari
Afghanistan. Sultan ini berjasa dalam mendirikan kerajaan Islam di tanah India
tersebut. Gerakan yang dipimpin Sultan Mahmud Al-Ghaznawi datang melalui
celah-celah gunung yang curam di Afghanistan, menembus Genting Khaibar yang
terkenal curam. Dengan kedatangan Sultan Mahmud, India mulai membuka lembaran
baru dalam sejarahnya, yaitu berada di bawah kekuasaan Islam secara mutlak.
Peristiwa ini terjadi di akhir abad keempat Hijriyyah.
Selain raja-raja, nama-nama kaum ulama dan dai juga banyak memenuhi
halaman-halaman buku sejarah India. Mereka datang semata-mata untuk mensyiarkan
agama. Pengaruh mereka di tengah-tengah masyarakat lebih kuat dan mendalam dari
pengaruh para raja, yang lebih mementingkan kedudukan dan perluasan daerah
kekuasaan. Di antara ulama yang terkenal ialah Syaikh Ismail Al-Lahori (w. 448
H/1056 M), yang berhasil mengislamkan puluhan ribu penduduk Lahore, Syaikh
Mu’inuddin Al-Jisyti (w. 627 H/1230 M), yang telah mengislamkan ratusan ribu
penduduk Ajmir, Syaikh Fariduddin Al-Ajwadi (w. 664 H/1266 M) dan Syaikh Ali
bin Syihab Al-Hamdzani (w. 784 H/1382 M), yang berhasil mengislamkan sebagian
besar penduduk India lainnya.
Masih banyak lagi kaum ulama yang berjasa besar dalam dakwah Islamiyah di
kalangan masyarakat India, seperti yang disenaraikan dalam kitab Al-Muslimun fi
al-Hind, karya Sayyid Abul Hasan Ali An-Nadwi. Selain para ulama yang datang
dari lereng pegunungan Afghanistan, India diramaikan pula dengan kedatangan
para ulama dari Semenanjung Arab Selatan, seperti Yaman dan Hadhramaut, yang
turut berdakwah dan menyebarkan agama Islam di India bersama para saudagar
Islam yang berjiwa dakwah. Orang-orang seperti ini pulalah yang membawa agama
Islam ke tanah Melayu dan sekitarnya. Pemahaman agama atau madzhab yang dianut
kaum muslimin India, yaitu Madzhab Hanafi dan Madzhab Syafi’i, menunjukkan
kenyataan sejarah tersebut. Dapat disimpulkan, Islam masuk ke India melalui dua
jalan. Pertama, melalui Pantai Barat India, sebagai pintu masuk Islam dari
Semanjung Arab Selatan. Dan kedua, melalui bagian Barat Laut, yaitu Afghanistan
dan Turki. Kebanyakan kaum muslimin yang menetap di India sebelah barat dan
selatan menganut Madzhab Syafi’I, karena mereka menerima Islam dari Semenanjung
Arab yang dibawa oleh orang-orang Yaman dan Hadhramaut, yang bermadzhab
Syafi’i. Sementara kaum muslimin India yang menetap di bagian utara dan timur,
hampir keseluruhannya bermadzhab Hanafi, sebab mereka menerima ajaran Islam
dari orang-orang Afghanistan dan Turki, yang kebanyakannya bermadzhab Hanafi.
2.4 Islam di India pada masa sekarang
Masyarakat
Muslim memang tidak mayoritas di India. Tapi, tidak di Ibu Kota New Delhi yang
merupakan kota dengan populasi Muslim tinggi di India. New Delhi sudah menjadi
pusat Islam Kerajaan Moghul. Hingga kini, Islam tumbuh dan berkembang dengan
baik disana. Bahkan di pemerintahan profesional, Muslim juga tampil sebagai
pejabat maupun anggota dewan. Tak hanya itu, para cendikiawan di New Delhi juga
mayoritas Muslim lulusan dari perguruan-perguruan tinggi Islam. Hampir semua
golongan di Kota New Delhi menerima kehadiran Islam. Kecuali satu sekte yaitu
Sikh. Sekte ini menurut memiliki kebencian khusus terhadap kaum muslimin. Seringkali
orang dari sekte Sikh memancing keributan atau mencari gara-gara. Sementara
sebagian besar keturunan Sikh berprofesi sebagai polisi. Islam yang selalu
dipandang radikal oleh Barat, tidak tergambar di New Delhi. Pemerintah India
bahkan memberlakukan hari libur saat perayaan hari besar agama Islam.
Sementara
dari sisi pakaian, meski tak berjilbab, para muslimah di New Delhi tetap
menggunakan baju panjang yang relatif tertutup. New Delhi juga menjadi tempat
berkumpulnya komunitas Muslim. Meski beragam, tapi komunitas itu cenderung
seragam yakni memiliki menganut mahzab Hanafi. Dan hanya beberapa saja yang
bermahzab Syiah. Sejak 2000 lalu, kesadaran kebangkitan mempelajari Islam mulai
menyebar di New Delhi. Hal ini ditandai dengan bermunculannya taman pengajian
Al Quran (TPA). Hingga saat ini semakin berkembang dan setiap masjid kini
memiliki TPA. Kehadiran TPA dinilai sangat efektif dalam membangkitkan ajaran
Islam. Dengan membuka TPA dari pagi hingga sore, tiap anak bisa menyesuaikan
waktu belajar di TPA tanpa tertinggal dari sekolah umum. TPA ini bisa diikuti
oleh anak-anak dari tingkat sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas
(SMA). Dari TPA ini pula lahirlah hafidz Al Qur'an di kota New Delhi.
Dan bukti
terabsah dan tidak bisa terbantahkan dari pesatnya perkembangan Islam di New
Delhi adalah kehadiran Taj Mahal, satu dari keajaiban dunia. Bangunan indah dan
megah itu sumbangan peradaban masyarakat Muslim, sebuah karya arsitektur yang
sangat tinggi. Taj Mahal merepresentasikan kemajuan masyarakat Muslim pada
zamannya, sekaligus menunjukkan kepada dunia betapa peradaban masyarakat Muslim
sudah sedemikian maju. Taj Mahal yang terletak di pinggir Sungai Yamuna, Agra,
India sekitar 190 kilometer dari New Delhi, dibangun Syah Jehan Raja Mogul V
untuk menghormati istrinya Arjuman Banu Begum atau Mumtaz Mahal. Istana pilihan
yang di dalamnya terdapat makam mulai dibangun pada 1632 silam dengan mempekerjakan
20 ribu orang. Pemangunan itu menelan biaya 40 juta rupee. Bangunan inti
selesai pada 1643 dan secara keseluruhan rampung pada 1654. Taj Mahal juga
menjadi lambang kejayaan Dinasti Mogul, stabilitas di tengah penduduk yang
majemuk namun kepemimpinan raja bijak. Meski menganut ajaran Islam, Dinasti
Mogul tetap tetap memberikan hak hidup terhadap beragam agama dan keyakinan.
Syah Jehan mewarisi kebijakan pendahulunya dalam kepemimpinan sehingga tampil
sebagai pemimpin yang sukses.
Beberapa peninggalan Islam di India :
a. Taj Mahal
b. Benteng Merah
c. Qutub Minar
bab iii
penutup
3.1
Kesimpulan
Kondisi Asia Selatan (dulu India) pada masa sebelum
masuknya Islam telah mengalami perkembangangan yang sudah cukup lama dari
beberapa tahun sebelum masehi. Dalam perkembangan tersebut, India sudah
mempunyai kebudayaan tinggi yaitu Mohendo-Daro dan Harrapa yang kemungkinan
besar milik bangsa Dravida.
Secara general kondisi india sebelum Islam datang kesana
sudah relatif tertata masyarakatnya dengan kehidupan ekonomi yang makmur,
meskipun adanya polemik politik karena perebutan kekuasaan di antara
putra-putra mahkota, namun kondisi keagamaan di India cukup terjaga tidak
mengalami kemunduran. Islam datang ke India adanya Hubungan
antara negara Arab dan India sebelum kedatangan Islam sudah lama terjalin baik,
terutama dalam hubungan perdagangan.
Ramai nya perdagangan Arab dan India sudah sejak lama dengan memakai jalur
laut. Masuknya
Islam berawal dari penaklukan tahun 712
oleh seorang amir dari Baghdad yaitu Muhammad ibnu Kasim yang merupakan
perintah dari Khalifah Walid II untuk memerangi Sindh (daerah dekat sungai
Indus).
Dalam perkembangan nya banyak Dinasti-dinasti yang
berasaskan Islam. Dan juga berkembang nya Mazhab yang di keluarkan oleh Ulama
India. Untuk saat ini New Delhi Ibu Kota India sudah menjadi pusat Islam
Kerajaan Moghul. Hingga kini, Islam tumbuh dan berkembang dengan baik disana.
Bahkan di pemerintahan profesional, Muslim juga tampil sebagai pejabat maupun
anggota dewan. Islam disana juga berkembang pesat.
Daftar Pustaka
Mulya,
T.S.G. (1951). INDIA : Sejarah Politik
dan Pergerakan Kebangsaan. Jakarta : Balai Pustaka
Sunanto, M. (2012). Sejarah Peradaban
Islam Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.
Amir, SM. (2009). Sejarah Peradaban
Islam. Jakarta: Amzah
Hamka. (1975).Sejarah Umat
Islam. Jakarta: Bulan Bintang
Karim, Abdul. (2003). Sejarah Islam
Di India. Yogyakarta: Bunga Grafis Production,
Suwarno,
(2012). Dinamika Sejarah Asia Selatan. Jakarta : Ombak.